BENING SAGULING FOUNDATION

 

  • Yayasan Bening Saguling

  • Pelestarian Sungai Citarum

  • Pemberdayaan Masyarakat

  • Pemanfaatan Eceng Gondok

  • Konversi Biomassa

 

Bapak Indra Darmawan

Bapak Indra Darmawan

Founder Bening Saguling Foundation

Selain lulusan Matematika Unpad (Universitas Padjajaran), ia juga pernah merasakan pahit manisnya hidup dengan bekerja sebagai pemulung di Sungai Citarum.

Ia mulai menjadi pemulung dari tahun 2000 sampai 2009. Dalam kurun waktu tersebut pula ia berpikir bagaimana sampah-sampah yang ia ambil bisa menjadi barang dengan harga jual. Dengan kerajinan tangan dan kegigihannya, maka usaha tersebut terus berkembang.

 

Kalpataru

Kerja keras Bening Saguling Foundation -yang didirikan Indra, meraih Kalpataru 2020 untuk kategori penyelamat lingkungan. Kalpataru adalah penghargaan yang diberikan kepada perorangan atau kelompok atas jasanya dalam melestarikan lingkungan hidup di Indonesia. Kalpataru berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti pohon kehidupan. Anugerah itu diberikan Kementerian Lingkungan Hidup atas jasa Bening Saguling Foundation menyelamatkan lingkungan Citarum. Padahal, sungai tersebut masuk dalam kategori sungai terkotor di dunia versi World Bank tahun 2018. “Ini Kalpataru pertama untuk Kabupaten Bandung Barat,” tutur Pria kelahiran Bandung 7 Maret 1972 ini.

Dari sana diambil 10 hingga akhirnya diumumkan siapa penerima Kalpataru. Sebuah kelompok yang diinisiasi oleh seorang sarjana yang memilih menjadi pemulung.

MANAGEMEN SAMPAH SUNGAI, ORGANIC, & ANORGANIC

Terdapat program ‘kredit plastik’ setiap bulan yang bisa menghasilkan uang. Dari sampah yang dikumpulkan warga di sekitar Sungai Citarum, sampah yang dipilah kemudian dapat dijual lagi dan menghasilkan uang. Setiap 60 ton sampah plastik memiliki nilai jual sekitar Rp 300 ribu dan khusus sampah botol bisa bernilai lebih besar.

Sekolah Anak Pemulung Berbayar Sampah

Tahun 2009 Pak Indra Darmawan membuat lembaga Koperasi Bangkit Bersama, yang difokuskan untuk memberdayakan para pemulung di Sungai Citarum. Sampai pada tahun 2014, ia mendirikan Yayasan Bening Saguling Foundation yang di dalamnya juga ada Sekolah Alam Tunas Inspiratif. Sekolah yang dikhususkan untuk anak-anak yang kurang mampu.

“Awalnya kita concern melestarikan lingkungan, melestarikan Sungai Citarum dan memberdayakan masyarakat. Nah yang kita berdayakan adalah para pemulung yaitu masyarakat di sini. Setelah mereka sudah mulai berdaya, kami berpikir bagaimana ini anak-anaknya jangan sampai ketika orang tuanya mengambil sampah di Sungai Citarum (pemulung), anak-anaknya juga jadi pemulung. Nah kita coba berpikir setelah kita mampu memberdayakan orang tuanya, kita ingin coba mengembangkan pendidikan anak-anaknya.” ujar Indra.

Eceng Gondok, Citarum & Saguling

Setelah sungai Citarum dibendung menjadi Waduk Saguling. Masalah sampah, eceng gondok, hingga perubahan struktur masyarakat terjadi di sana.

Seiring berjalannya waktu, Indra terus melakukan pemberdayaan masyarakat. Salah satunya lewat eceng gondok.

Untuk itulah, ia bersama pemulung lainnya mengambil sampah dan eceng gondok, kemudian mengelolanya menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat dan bernilai. “Tapi untuk eceng gondok tidak semua diambil. Karena eceng gondok juga berfungsi menangkap polutan logam berat dalam air,” ungkap dia. Eceng gondok ini disulap menjadi produk berpola zero waste atau nol sampah. Batangnya dibuat kerajinan, akar menjadi media tanaman, dan bagian sisa lainnya dibuat briket hingga pupuk organik cair.

Sebagai bagai kerajinan, Indra memberdayakan para istri pemulung. Mereka membuat tas, keranjang, sandal, tempat tissue, hingga gazebo, dari batang eceng gondok.

EGGCOLOGIC Project

menciptakan telur kaya akan kandungan albumin diproduksi dengan kelimpahan biomassa di Saguling.

Setiap 1 Telur yang EGGCOLOGIC produksi = kami telah mengeliminasi 2kg Biomassa Organic yang tidak diinginkan.